Latest Entries »

Kamis, 30 Desember 2010

Bingkai Persahabatan

saatnya untuk mencari dari segala penjuru artinya, hingga selalu ada tulus untuk menerima segalanya dengan tangan terbuka...
lalu sanggupkah kita untuk saling menjaga??hingga selalu ada untuk saling mempertahankan,
Dan sanggupkah kita untuk saling memberi kekuatan...ataukah hanya terkulai lemah tertawan...
sanggupkah kita untuk selalu memaafkan...hingga selalu ada penawar ,setelah luka di goreskan...
dan sanggupkah kita berikan selalu yang terbaik untuk sama-sama kita miliki..
karena yang kutahu sempurna...
aku berbagi denganmu...aku tertawa bersamamu...
dan ketika... aku tahu aku bisa kalau kau ada...
Saat itu terjanjikan sudah, akupun akui, aku telah mengenalmu sebagai sahabat...
aku menyayangimu sebagai sahabat, dan saat syair inipun di buat...
aku tahu aku menulisnya masih karenamu...
dahulu kupikir sulit menjadikannya nyata...karena kita terlalu berbeda
tapi...rasa kecil yang telah ada buktikan...
Tulus tetaplah tulus dan hati tetaplah bernama hati...hingga saat percaya itu hadir disini..
Tak sedikitpun aku rela...melepas kau pergi dengan tangis, atau membiarkan sesuatu membuatmu tersakiti...tergugu dan terluka
entah sampai kapan...
dan jika boleh meminta..jangan pergi, walau hanya bergeser sejarak pantai dengan laut...
sebab aku masioh mau untuk percaya
pada bingkai yang bernama kisah persahabatan....
Ibu
kalau kasuari menyeret langkah di ujung pagi...mentari mungkin tak samapi hati tengok tangisnya yang merintih...biar kujelang satu-satudan kukubur lagi...
atau kepingan itu tak akan pernah bersatu ...biarlah jadinyya...
kucari yang hilang potongannya...agar bisa utuh..kan kuperbaiki nanti..
kalau yang miliki hati mengijinkan...
tak peduli duka maha tuan mana yang bertahta...dan tentukan arah yang di lalui harus kemana...
ijinkan selalu ada damai yang mengurung sedih...tak ada artinya semua ini
jika kaulah sandaran hati
aku dan segenap nafasku merindukan mu ibu
Gelap kurung bumi...
Dan jejak disini, aku mengerti..Kau selalu menemanihingga janji itupun terucapkan
selembut embun yang terlukis hangat dalam batinku..ibu
semurni air mata yang mengalir untuk bahagiamu, untuk semua tawa yang terkulum, terpaksa urung...
Demi melihat seulas senyum terlukir diwajahmu...ibu
hanya kedua tangan ini yang masih tengadah berdoa...disini kumerangkai tirai pagi...
merajut matahari dengan benang-benang cahaya.
agar yang maha kuasa berikan cinta-Nya untuk di miliki.
setulus tangan ini mengukir puisi, seringan langkah ini menjaga.
nama itu masih terlukis di sudut hati sebagai anak terbaik yang pernah di miliki..
hanya nilai suci sebuah nurani yang mampu membacanya.
seindah kenangan tentang ibu yang terindah...
seputih bias kasihmu  yang pernah tlusuri jiwaku
sehangat rengkuhmu saat ku rafuh terjatuh...
tak ada yang lebih indah...
seindah kasih sayangsuci yang selalu kau ciptakan untukku...terimakasih ibu.

Ayat-ayat Berkaitan dengan Bentuk-bentuk Komunikasi

Menurut bentuknya, komunikasi dibedakan menjadi dua, verbal dan non verbal. komunikasi verbal, yakni bentuk komunikasi yang manggunakan simbol-simbol bermakna yang berlaku secara umum dan dengan proses komunikasi melalui suara, tulisan atau gambar.  Islam sebagai agama yang sempurna tentu saja memiliki keterangan tentang bagaimana berkomunkasi. Semua itu terdapat dalam pedoman seluruh umat manusia yaitu Al-Quran. Salah satu contoh, Allah SWT menunjukan berbagai cara komunikasi yang dilakukan saat wahyu diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.                          Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Ibrahim : 4) Juga ada bunyi kaidah yang dirumuskan Ushul Fiqh berkaitan dengan komunikasi verbal berdasarkan sabda Rasulullah: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah berbicara secara efektif atau diam”. Asy-Syaukani dalam Kitab tafsir Fathul Qadir, sebagaimana dikutip Jalauddin Rahmat, mengartikan al-Bayan sebagai kemampuan berkomunikasi. Konsep tentang komunkasi verbal tidak hanya berkaitan dengan masalah cara berbicara efektif saja melainkan juga etika bicara. Ayat-ayat berkaitan dengan komunikasi verbal Setelah dilakukan penelusuran berdasar etimologi, maka dapat dikenali istilah yang mengandung makna komunikasi verbal, baik secara denotatif maupun konotatif. Yang termasuk kategori denotatif adalah: a. Qaulan Baligha                    Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. ( QS. an-Nisa’: 63) b. Qaulan Layina              Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".( QS. Thaha: 44) c. Qaulan Ma’rufa                           •            •         •        Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. ( QS. Al-Baqarah: 235;) Dan pada beberapa ayat berikut QS. An- Nisa’: 5& 8; QS. Al-Ahzab: 32 d. Qaulan Maisura  •           •     Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas. ( QS. Al-Isra’: 28 ) e. Qaulan Karima          •  •                     Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. ( QS. Al-Isra’: 23) Sedang yang termasuk kategori konotatif adalah: a. Mau’idhah             •       •              Dan Sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), ( an-Nisa’: 66) b. Da’wah:             •            Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf:108) Juga dapat ditemukan pada surat an- Nahl :125; c. Nashihah  at-Taubah: 91; al-A’raf: 21, 62,68,79,93; Hud:34; Yusuf:11; Qashas:12 d. Taushiyah  al-Ashr: 3 Contoh Ayat-ayat yang menunjukan komunikasi non-verbal        Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. (Al Qiyaamah 22)        Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram, (Al Qiyaamah 24)  •                          Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Ahzab 59)

SEJARAH SISTEM POLITIK INDONESIA

Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Sistem politik merupakan sistem yang terbuka, karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan tekanan.
Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan saja seperti dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan tradisional dengan melakukan proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan pengambilan keputusan
Proses politik mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik dikuru dari sudut moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruh lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan lingkungan internasional.
Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa dari elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.
Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes mengkonversi input menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).
Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang ketika datang para penanam modal domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan tingkah laku individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan. Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat, hal ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.
4. kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara selektif membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem.
5. kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output, output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif.
6. kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup dalam dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara yang memiliki kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas internasional ini negara kaya atau berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada negara-negara berkembang.
Ada satu pendekatan lagi yang dibutuhkan dalam melihat proses politik yaitu pendekatan pembangunan, yang terdiri dari 2 hal:
a. Pembangunan politik masyarakat berupa mobilisasi, partisipasi atau pertengahan. Gaya agregasi kepentingan masyarakat ini bisa dilakukans ecara tawaran pragmatik seperti yang digunakan di AS atau pengejaran nilai yang absolut seperti di Uni Sovyet atau tradisionalistik.
b. Pembangunan politik pemerintah berupa stabilitas politik